nizamhudavino IXE
Perjalanan Singkat Iwan Fals
Di suatu pagi yang tenang, Iwan Fals duduk di teras rumahnya, gitar kesayangannya tergeletak di samping kopi hitam yang masih mengepul. Langit agak mendung, angin bertiup pelan. Ia merasa rindu. Bukan pada seseorang, tapi pada perjalanan—pada jalan-jalan kecil yang dulu sering ia lewati saat masih muda, saat suaranya belum dikenal banyak orang.
Tanpa banyak pikir, ia mengambil jaket lusuh dan gitarnya, lalu keluar rumah mengendarai motornya. Tidak ada tujuan pasti. Ia hanya ingin mengikuti jalan—dan mungkin menemukan kembali sesuatu yang pernah hilang.
Perjalanan membawanya ke sebuah desa di pinggiran kota Bogor. Jalan tanah, sawah membentang, dan anak-anak kecil berlarian tanpa alas kaki. Iwan berhenti di sebuah warung tua. Ia duduk, memesan teh manis hangat, dan mulai memetik gitarnya perlahan.
Seorang bapak tua mendekat, duduk di sebelahnya. Mereka tidak banyak bicara, hanya bertukar senyum dan anggukan. Tapi dari mata bapak itu, Iwan tahu—lagu yang ia petik membawa ingatan. Mungkin tentang masa muda, mungkin tentang seseorang yang pernah pergi.
Satu jam berlalu seperti lima menit. Iwan kembali menyalakan motornya, melambaikan tangan kepada orang-orang yang ia temui. Ia tidak membawa apa-apa pulang, kecuali perasaan yang sulit dijelaskan. Tapi ia tahu, hari itu penting.
Karena dalam perjalanan singkat itu, Iwan kembali menjadi pendengar. Bukan bintang panggung. Hanya seorang lelaki dengan gitar, dan hati yang masih penuh cerita.

Komentar
Posting Komentar